Jumat, 20 Februari 2009

Ade Sayang Kakak

“Chezar… Chezar… We love you…”teriak cewek-cewek centil tiap kali Chezar main basket. Chezar adalah idola para gadis seluruh SMA bahkan guru-guru pun mengidolakannya. Gimana gak pada ngeafans??? Segudang prestasi udah dia raih. Dari kapten basket, bintang kelas, juara olimpiade Fisika dan sikapnya yang murah senyum. Aku yang pada saat itu berdiri pada lapangan basket melihat permainannya dengan mata biasa.
“Mi,kamu beruntung ya punya kakak setampan dan sejago Chezar.”ucap Mita dengan nada merayu.
“Ah,beruntung apanya? Buntung lah iya.”jawabku dengan sinis
“Lho kok bisa! Seisi sekolah ini mengidolakan kakakmu, hanya kamu yang berbeda. Padahal kamu adeknya kan?”
“Udah kamu gak usah ngomongin dia lagi. Capek aku dengarnya”sambil berjalan menuju kantin sekolah.
“Mi mau kemana?”
“Kantin, ni cacing di perutku dah pada protes.”
“Tunggu Mi, aku ikut.” Sambil berlari mengejar Mimi.
“Uih, ni kantin tumben sepi yang ada cuma genk cewek ember lagi ngrumpi.”gumamku sambil duduk di salah satu bangku kantin.
“Ya jelaslah sepi, penghuni kantin lagi ngliat kakamu tanding basket.”jawab Mita
Genk cewek ember beranggotakan 5 cewek genit yang tak lain adalah musuh bebuyutanku. Mereka duduk tepat di bangku belakangku.
“Eh temen-temen, kalian nyadar gak? Mimi tuh jauh bangat ya sama kakaknya si Chezar. Bagai bumi dengan langit dan gak ada mirip-miripnya sama sekali.”ejek Dona di belakangku
Aku yang pada waktu sedang minum jus jeruk tak menghiraukan celotehan dan sindiran mereka.
“Ya jelaslah beda, Chezar kan baik,ramah,pinter,cakep, uh….pokoknya perfect lah. Sedangkan adeknya uh….tak ada yang bisa dibanggakan. Hahahaaaaa.” sindir Eva
Semua anggota genk cewek ember menertawakanku. Mereka memang selalu membuat kupingku panas dan emosi. Mendengar ejekan mereka, otakku terasa mendidih. Tanpa pikir panjang, ku lempar jus jeruk yang ada di depanku ke muka Eva yang paling cerewet dan suka mengejek.
“Pyurrr…..” seketika rambut dan muka Eva di penuhi jus jeruk
“Hahahaha…. Syukurin!!! Ni balesannya buat orang yang suka ember kayak kamu.”
Eva hanya bisa merengek dan menampakkan ekspresi kesal padaku.
“Mimi,apa yang kamu lakukan pada temanmu!!!” kata-kata itu terdengar sangat mengerikan dan aku merasa tak asing dengan suara itu. Setelah aku menoleh ke belakang, ternyata Pak Dodo sudah berdiri di belakangku sambil melotot. Spontan aku langsung kaget dan bingung.
“Eh….Pak Dodo! Ada apa Pak? Oh, Bapak mau makan. Mari duduk nanti saya traktir.”ucapku pada Pak Dodo merayu untuk mencairkan suasana.
“Mimi, kamu ikut saya ke kantor! Kali ini kamu tak akan saya lepaskan.” Kata-kata Pak Dodo bagai kilatan petir menyambar otakku.
“Matilah aku, apa yang akan beliau lakukan padaku? Ya allah tolonglah hambamu ini.”ucapku dengan nada lirih dan memelas
Aku langsung menuju kantor sesuai permintaan orang paling tegas dan disiplin itu. Eva dan teman-temannya tertawa penuh kepuasan karena melihatku berada dalam cengkraman Pak Dodo.
“Mimi,kalungi lehermu dengan tulisan ini dan berdirilah di tengah lapangan dengan satu kaki, letakkan kedua tanganmu di telingamu. Paham!!!”
“i…..iya Pak.”

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Tak tersa sudah 2 jam aku berdiri. Tulang kakiku terasa mau remuk. Terik matahari dengan lancarnya memanggang tubuhku. Tiap anak yang lewat menertawakanku apalagi jika mereka membaca tulisan yang tertera di dadaku yang bertuliskan AKU ANAK NAKAL, SILAHKAN KALIAN TERTAWAKAN AKU SEPUAS-PUASNYA.
“Ini semua karena genk ember centil itu. Lihat saja apa yang akan kulakukan padanya.” Ucapku dengan penuh kesal.
Tak lama kemudian Pak Dodo datang dan menghentikan hukumanku. Hampir tak percaya telingaku mendengar berita itu karena aku kira dia bakal menjemurku di lapanga ini sampai matahari kembali ke peraduannya di ufuk barat.
“Mimi,berterimakasihlah pada kakakmu karena berkat permohonan dia padaku, aku hentikan hukumanmu. Oh ya, jangan sampai aku melihatmu membuat kekacauan lagi.”ucap Pak Dodo
Mendengar hal tersebut, bukan senang yang aku dapatkan tapi rasa benci yang semakin mendalam pada kakakku si Chezar. Dia sudah membuatku jadi bahan ejekan seluruh sekolah dengan membanding-bandingkan aku dengannya. Aku paling tidak suka di banding-bandingkan dengan dia.
Saat pulang ke rumah aku langsung menuju kamar kakakku. Dia sedang asyik mengetik dengan laptop kesayangannya.
“Kak,apa yang kakak lakukuan? Kakak mau jadi pahlawan dimataku? Gak mungkin!!!” tanyaku pada kak Chezar dengan keras dan kasar
“Ada apa adekku sayang? Datang-datang kok marah-marah sich,lagi dapet ya? Mungkin ada yang bisa kakak bantu? Hehehe…” jawab Chezar dengan lembut dan senyum
“Udah dech gak usah ngledek gitu. Kakak tahu darimana aku di hukum? Trus ngapain juga kakak sok mohon-mohon segala sama Pak Dodo buat aku? Aku gak butuh bantuan kakak!”
“Maafin kakak jika kakak punya salah sama adek. Kakak tahu adek dihukum dari Mita. Truz kakak gak tega melihat adek dijemur panas-panas begitu. Padahal kaki adek baru sembuh kan gara-gara jatuh dari pohon mangga belakang rumah. Makanya kakak minta Pak Dodo menghentikan hukuman adek.”
“Jangan harap adek bakal berubah pikiran atas apa yang udah kakak lakukan. Satu lagi, jangan pernah urusin aku. Urusin aja para penggemar kakak!”
Brakkk…. Pintu kamar kak Chezar aku tutup dengan keras sambil meninggalkan kamarnya.
“Uh…aku ngrasa gak betah di rumah ini. Hmmm.mending aku nginep aja di rumah Mita.”ucapku sambil merebahkan badanku di atas kasur
Aku langsung menelpon Mita dan mengabarkan padanya kalau malam ini aku menginap di rumahnya. Untung mita mengijinkan, setidaknya emosiku sedikit lega dengan tidak tinggal satu rumah dengan Kak Chezar.

Keesokan harinya aku pulang, tapi kondisi rumah begitu sepi. Papa,mama juga Kak Chezar tidak ada di rumah. Padahal ini hari minggu. Aku Tanya pada mbak Tuti yang sedang menyiram tanaman dan dia mengatakan Sabtu malam papa,mama,dan Chezar pergi ke London. Mendengar hal tersebut aku sangat sedih dan marah. Kenapa mereka tidak mengajakku dan setidaknya mereka mengabariku kalau mereka akan pergi. Aku hanya bisa menangis di kamar. Aku merasa kalau apa yang sering teman-temanku katakan benar. Aku tidak ada mirip-miripnya dengan kak Chezar. Jangan-jangan aku bukan anak mereka.
Aku semakin membenci kakakku, dia sudah merebut semuanya dariku bahkan kedua orangtuaku lebih sayang dan perhatian padanya.
“Ya Allah,apakah benar hamba bukan anak mereka? Trus apakah hamba tidak layak mendapat kebahagiaan seperti anak-anak remaja yang lain?”ucapku sambil menangis di atas tempat tidur
Kondisi sekolah hari ini heboh dengan tidak masuknya Chezar. Apalagi mereka tahu Chezar pergi ke London dengan kedua orangtuanya. Parahnya lagi aku sebagai adeknya gak diajak.
“Duh...kasian bener yang tak diajak ke London. Emang enak? Uh…jangan-jangan bener kamu bukan adek kandung Chezar Mi!” ejek Eva padaku
Aku yang pada saat itu sedang makan pisang di depan kelas merasa muak dengan ejekannya.
“Wah, ni gosip hangat yang layak kita sebarkan. Hahaha...”mereka tertawa sambil berjalan di depanku.
Langsung saja kulempar kulit pisang dari pisang yang baru saja kumakan dan GUBRAK….!!! Eva terpeleset dengan seketika. Seluruh anak-anak yang menyaksikan tertawa terbahak-bahak.
“Eh,makan tuh kulit pisang. Sekalian aja jadikan bahan gosip terhangat dengan judul Eva terpeleset gara-gara kulit pisang. Hahaha…..”aku tertawa puas sambil menuju ke dalam kelas
Aku tidak konsentrasi dengan pelajaranku. Di otakku masih tertanam kata-kata aku bukan anak mereka. Aku tak bersemangat akhir-akhir ini. Aku juga jarang di rumah. Aku lebih suka tidur di rumah Mita karena hanya dia yang bisa mengerti kondisiku.
Sudah 2 minggu keluargaku di London dan mereka tidak memberiku kabar 1 katapun hingga akhirnya mereka pulang. Saat mereka pulang aku sedang berada di rumah Mita.
“Mbak,Mimi kemana? Kok gak ada di rumah.”tanya Chezar
“Mungkin di rumah Mita mas, saat mas Chezar dan tuan ke London Mimi jarang di rumah.” jawab Mbak Tuti
“Oh, ya udah biar saya yang menyusulnya kesana. Kebetulan saya membawa bingkisan untuknya.”
“Chezar, mau kemana kamu? Ini sudah malam, lagian kita juga baru saja sampai rumah. Biar nanti adekmu mama telepon suruh pulang.”tegur mama
“Gak ma, Chezar akan tetap menjemput Mimi sekalian Chezar ingin menjelaskan semua yang terjadi kepadanya.”
Chezar nekat pergi ke rumah Mita menjemput adeknya tersayang. Dalam perjalanan ke rumah Mita turun hujan yang sangat deras. Dia naik motor tanpa mantel. Tiba-tiba detak jantungnya melemah dan matanya berkunang-kunang. Tanpa disadari ada cahaya sangat terang didepannya dan terjadi kecelakaan antara dirinya dan mobil sedan warna silver.
Di rumah Mita aku terbangun kaget dari tidurku sambil meneriakkan nama Kak Chezar. Mita yang tidur di sampingku langsung kaget dan menanyakan apa yang terjadi padaku. Padahal aku cuek dan tenang-tenang saja atas apa yang barusan aku alami. Lalu terdengar bunyi telepon di rumah Mita berdering. Mita mengatakan kalau itu telepon dari mamaku. Dia menyuruhku untuk segera ke rumah sakit karena Kak Chezar di rawat disana. Mendengar itu aku tak merasa khawatir sedikitpun karena dalam diriku masih tersimpan rasa benci pada Kak Chezar. Mita memaksaku untuk menjenguk Kak Chezar. Kemudian aku dan Mita langsung meluncur ke rumah sakit dan menuju kamar Kak Chezar. Di lorong rumah sakit saat aku berjalan terdengar isak tangis yang sumbernya tak lain dari kamar Kak Chezar dirawat. Rambut dilengan dan kakiku merinding, kepalaku kosong,langkahku terasa kaku. Serasa ada awan hitam yang menyelimutiku. Tetap kulangkahkan kaki menuju kamar Kak Chezar. Mama memelukku dan berkata,
“Mimi, kakakmu…….”
Aku lepaskan pelukan mama,dengan penuh keberanian dan ketenangan aku dekati kakakku yang sudah diselimuti kain putih di seluruh tubuhnya. Aku buka penutup itu dan aku tatap wajah kakakku yang masih terlihat segar dan penuh senyum.
“Kak,bangun…..adek disini Kak.”ucapku lirih
Aku masih tetap menahan air mataku. Aku masih tak percaya bahwa kakaku telah tiada.
“Kak,ayo bangun! Kakak gak boleh meninggalkan adek sendiri. Katanya kakak sayang sama Mimi. Sekarang kakak harus bangun, Mimi janji bakal nurut kata-kata kakak, Mimi juga janji gak bakal nakal lagi. Kak Chezar,coba liat deh Mimi punya tarian lucu ntar kakak ketawa ya!”
Aku langsung menaruh kedua tanganku di atas kepala sambil berputar. Melihat tingkahku semua yang ada di ruangan itu menangis terisak-isak termasuk Mita.
“Kak,ayo ketawa. Kak Chezar ayo bangun. Kak…………..” teriakku pada Kak Chezar sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya yang sebenarnya sudah tak bernyawa.
Air mataku sudan tak bisa kutahan, kubiarkan air mataku membanjiri ruangan ini. Tiba-tiba kepalaku pusing dan berkunang-kunang. Pandanganku terasa gelap dan kabur. Apakah aku akan menyusul kakakku???
Sudah 3 hari aku berbaring tak sadarkan diri di rumah sakit. Ternyata aku pingsan waktu itu. Saat aku sadarkan diri mama dan papa sudah ada disampingku.
“Alhamdulillah,kamu sudah sadar anakku.”ucap mama
“Ma,apa yang terjadi? Kenapa Mimi ada disini? Mana Kak Chezar?”
“Kamu pingsan nak, dan Kak Chezar sudah tenang disana jadi kamu gak usah khawatir. Oh ya,dia titip bingkisan yang belum sempat dia berikan padamu.”
Aku buka bingkisan itu isinya handycam dan sepucuk surat dengan amplop biru. Aku play handycam itu ternyata isinya rekaman aku dan Kak Chezar sedang bermain di pantai saat duduk di bangku SD. Di video itu terlihat aku dan Kak Chezar terlihat bahagia dan akrab. Aku digendong Kak Chezar dan kita tertawa bersama. Melihat video itu air mataku tak kuasa untuk kutahan, aku tersenyum dalam cucuran air mata. Kemudian kubuka amplop biru itu.


Dear adekku tercinta,
Maafin kak Chezar ya selama ini. Kakak sudah merebut semua kebahagiaanmu. Ada hal yang ingin kakak jelaskan pada adek dan semoga adek bias memaafkan kakak. Sebenarnya kak Chezar bukan kakak kandungmu. Kak Chezar mama adopsi dari panti asuhan saat kakak berumur satu tahun. Yang sebenarnya anak kandung mereka adalah kamu. Oh ya, akhir-akhir ini mereka lebih memperhatikan kakak karena kakak mengidap penyakit lemah jantung dan tak tau sampai kapan kakak mampu bertahan hidup. Setelah kejadian itu,saat adek menutup pintu kamar kakak dengan keras, kakak yang berada dibalik pintu langsung kaget. Jantung kakak melemah dan pingsan. Papa dan mama membawa kakak ke London untuk diobati. Saat akan berangkat adek di rimah Mita makanya kita tidak sempat pamitan sama adek. Kak chezar harap adek tidak marah lagi sama kakak. Kak Chezar sangat sayang sama adek. Setelah adek membaca surat ini kakak harap adek bisa memaafkan kakak trus kita bisa akrab kaya dulu lagi. Besok kakak traktir makan es krim deh…..!!!! Mau kan…..????


Kakakmu Chezar

by, HELMY YULIA (kalo salah nulis nama, ya maaf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar